Kostas Manolas: Bek Tengah Gladiator yang Pernah Bikin Messi Bungkam di Olimpico

Lo mungkin inget nama Kostas Manolas dari satu momen paling chaos di Liga Champions:
Roma comeback 3-0 lawan Barcelona tahun 2018, dan Manolas jadi pencetak gol penentu lewat sundulan keras di menit akhir.

Tapi karier Manolas itu lebih dari satu malam ikonik. Dia adalah bek yang dibesarkan dari pertahanan keras ala Yunani, dibentuk oleh Serie A yang taktis, dan punya mental tarung dari awal.
Manolas gak butuh spotlight buat unjuk gigi. Dia tunjukkan skill lewat tekel, sapuan, dan duel 1v1 tanpa kompromi.


Awal Karier: Didikan Keras Yunani

Lahir di Naxos, Yunani, tahun 1991, Manolas berasal dari keluarga sepak bola. Pamannya adalah Stelios Manolas, bek legendaris AEK Athens dan timnas Yunani.

Dia memulai karier profesional di Thrasyvoulos, lalu gabung AEK Athens dan tampil menonjol sebagai bek muda dengan fisik kuat, tekel tajam, dan mental “no-nonsense.”

Setelah tampil bagus di liga domestik, Olympiacos langsung angkut dia. Di sana, dia tampil di Liga Champions, jadi tembok utama pertahanan, dan mulai dilirik klub-klub Eropa.


Pindah ke AS Roma: Saat Si Gladiator Dapat Arena Sebenarnya

Tahun 2014, Manolas pindah ke AS Roma. Klub ibu kota Italia ini pengen bangun lini belakang yang solid setelah kehilangan Mehdi Benatia ke Bayern.
Manolas langsung jadi andalan. Duetnya bareng Rüdiger, Fazio, atau Juan Jesus selalu kelihatan kuat karena Manolas punya atribut yang gak bisa diajarkan:

  • Speed gila buat ukuran bek
  • Timing tekel yang berani
  • Agresivitas tanpa takut kartu
  • Bisa jaga striker elite satu lawan satu

Dan meskipun dia bukan bek dengan passing sekelas Bonucci, dia tetap efektif dalam build-up pendek.


Gaya Main: Bek Tengah Tradisional + Speedster

Kostas Manolas itu definisi bek gladiator modern:

  1. Cepat banget – Buat ukuran CB, sprint-nya bisa ngejar winger.
  2. Duel udara tajam – Baik buat clearance maupun set-piece.
  3. Slide tackle agresif – Gaya keras tapi bersih.
  4. Fokus ke bola, bukan show-off – Jarang overplay. Kerjain tugas, selesai.

Tapi dia juga punya kekurangan:

  • Gak nyaman di sistem yang butuh build-up panjang
  • Kadang terlalu emosional, gampang kena kartu
  • Bisa kehilangan konsentrasi di menit-menit akhir (ironis karena gol ikoniknya malah di menit akhir juga)

Momen Legendaris: Roma 3–0 Barcelona (UCL 2018)

Inilah momen ketika nama Manolas resmi diabadikan dalam sejarah Liga Champions.
Setelah kalah 4-1 di Camp Nou, Roma butuh menang 3-0 di Olimpico buat lolos.
Dan mereka lakuin itu.

  • Gol ke-1: Dzeko
  • Gol ke-2: De Rossi (penalti)
  • Gol ke-3: Sundulan Manolas di menit 82

Lawan? Ter Stegen, Messi, Piqué, Suarez, Alba — semua cuma bisa liat bola masuk gawang.

Dan selebrasi Manolas? Chaos. Dia lari sambil teriak ke tribun, mata merah, energi bener-bener meledak.

Momen itu masuk sejarah Roma. Bahkan fans bilang:

“Kami gak menang trofi malam itu, tapi kami menang hati seluruh dunia.”


Transfer ke Napoli: Salah Timing atau Salah Klub?

Setelah bertahun-tahun jadi ikon di Roma, Manolas pindah ke Napoli tahun 2019.
Ekspektasinya gede banget. Duet dengan Kalidou Koulibaly di atas kertas jadi salah satu kombinasi CB terbaik Serie A.

Tapi… yang terjadi justru:

  • Napoli gak stabil secara manajerial
  • Sistem berubah-ubah
  • Manolas gak pernah bener-bener nyetel
  • Cedera kecil ganggu ritme

Dia main bagus, tapi gak pernah dominan kayak di Roma. Fans Napoli mulai kecewa karena ekspektasinya tinggi banget.

Akhirnya, dia keluar dari Napoli tahun 2022, balik ke Yunani main buat Olympiacos, dan sekarang kariernya mulai masuk fase akhir.


Timnas Yunani: Kapten Tanpa Ban

Manolas juga pilar utama timnas Yunani selama hampir satu dekade.
Dia tampil di Piala Dunia 2014, dan sempat bantu tim lolos ke babak 16 besar — hasil terbaik Yunani sejak era juara Euro 2004.

Sayangnya, timnas Yunani sempat drop performa dan gak lolos ke turnamen besar berikutnya. Tapi peran Manolas tetap dihargai.

Dia selalu dipilih buat mimpin lini belakang. Bahkan saat dia gak jadi kapten resmi, banyak pemain muda liat dia sebagai panutan — keras di lapangan, tenang di luar.


Kenapa Manolas Gak Pernah Masuk Elite Defender Dunia?

  1. Stabil tapi gak world-class dalam distribusi bola
    Klub besar sekarang pengen bek yang jago main bola. Manolas? Lebih ke fighter.
  2. Gak main di Liga Inggris/Spanyol
    Roma dan Napoli oke, tapi spotlight global tetap condong ke EPL/La Liga.
  3. Emosi tinggi
    Dia tipe yang all-in, tapi kadang itu bikin dia kena kartu gak perlu.
  4. Gak punya “branding” besar
    Manolas low profile. Gak aktif medsos, gak banyak wawancara, gak pernah bikin sensasi.

Tapi kalau lo tanya striker mana pun di Serie A era 2014–2020, mereka pasti respek banget sama dia. Karena ngelawan Manolas = 90 menit duel fisik nonstop.


Legacy: Bukan Superstar, Tapi Simbol Perjuangan

Kostas Manolas mungkin gak masuk daftar bek terbaik dekade ini.
Tapi dia punya sesuatu yang lebih langka:
momen yang gak akan pernah dilupain fans.

  • Fans Roma akan selalu ingat sundulan lawan Barca
  • Fans Yunani tahu dia selalu all-out untuk negara
  • Dan semua tahu: dia main bola buat menang, bukan buat viral

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *